Pada dasarnya setiap manusia memiliki potensi untuk tertular Virus HIV/AIDS. Namun ada beberapa orang yang beresiko tinggi tertular virus HIV/AIDS, yakni:
- Mereka yang melakukan hubungan seksual dengan orang yang terkena HIV/AIDS tanpa menggunakan pengaman (kondom-red). Meskipun penggunaan pengaman ini tidak seratus persen melindungi kita dari penularan Virus HIV/AIDS, penggunaan pengaman ini terkait dengan kebersihan organ seksual agar terhindar dari virus dan bakteri.
- Orang yang berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan yang beresiko tinggi seperti pelacur dan homoseksual. Ini jelas sekali bahwa orang-orang seperti ini sebagian besar sering mengalami gangguan di sekitar organ vital mereka. Gangguan yang paling ringan adalah gatal-gatal yang kadang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk disembuhkan.
- Orang yang mendapat tansfusi darah yang tercemar virus HIV. Darah adalah cairan yang sangat aktiv dan bisa bereaksi dengan berbagai virus yang akan cepat diedarkan ke seluruh tubuh. Orang yang tercemar virus HIV melalui transfusi darah diibaratkan seseorang yang melakukan penghilangan nyawa seseorang dengan cara menembaknya tepat dibagian Jantung. Biasanya proses transfusi darah dilakukan dengan pengawasan dan tahap yang cukup ketat untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
- Penggunaan alat suntik secara bergantian tanpa melalui proses sterilisasi. Alat suntik tidak boleh digunakan bergantian dan harus dipastikan kebersihannya sebelum digunakan. Pastikan juga kemasan pembungkus alat suntik terlihat bersih dan tidak cacat. Bisa saja virus masuk karena interaksi alat suntik dengan debu dan kotoran di dalam ruangan.
- Anak yang lahir dari ibu yang mengidap virus HIV. Tipe penderita seperti ini adalah korban dari perilaku orang tua yang kurang memperdulikan kesehatan sebagai hal penting dalam kehidupan. Anak yang tidak berdosa harus menanggung beban yang berat selama hidupnya. Namun, anak seperti ini masih bisa hidup normal asal asupan gizinya baik dan melakukan olah raga secara rutin.
- Orang yang karena pekerjaannya sering berhubungan dengan penderita HIV/AIDS seperti dokter, perawat, petugas transfusi darah, bidan, dan sebagainya. Aktivitas tersebut akan menjadi pintu masuk bagi virus HIV/AIDS. Jika Anda adalah pekerja medis, lakukanlah pekerjaan Anda sesuai Standard Operasional Procedure (SOP) yang berlaku di tempat kerja Anda. Dengan demikian jika terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan akan dapat ditangani secara cepat dan tepat.